Lindung

Jalan baruku
Moga teduh
Moga teguh 
Moga lurus

Namun tetap ada temu
Simpang dengan jalanmu
Agar bisa bersua 
Beberapa langkah beriringan
Tanganmu menggenggam
Telapak yang mungil dulu
Tegar sekarang
Karena Allah 
Karenamu

Tak ingin lepas aku
Dari lindung hangatmu
Sampai tiba waktu
Pisah yang tentu

Mungkin Lolipop

Tidak ada yang menghalangi
Ketika ia keluar barisan
Pasukannya sibuk
Mengikuti jejak feromon
Menuju kue di seberang meja

Menempuh jarak
Sebelas ubin keramik
Di depannya tampak
Paras cantik
Mengulum lolipop dengan asyik

Ia tidak mengerti apa yang mengundangnya naik
Alis tebal atau lesung pipit
Mungkin lolipop

Detik berikutnya ia tak sadarkan diri
Terjun menabrak dingin ubin keramik.

Hangat

Tidak perlu dari tungku 
Bersua bara
Atau perapian lusuh
Kayu merepih luruh
Kita sungguh dikelilingi
Hangat manusia
Tanpa perlu tahu siapa

Hujan memang dingin
Tapi ia juga ingin
Membuatmu tersenyum
Lalu berterima kasih
Pada teduhnya atap jalan layang
Serta manusia yang hangat
Hatinya.

Tahta

Hanya tinggal menunggu

Sebentar lagi genap keberanian

Untuk memintamu turun
Dari singgasana
Yang sejak awal memang bukan inginmu

Izinkan kali ini aku memberikannya untuk orang yang tepat, di waktu yang tepat.

Amatiran

Pertanyaan sederhana
Pembawa acara 
Pada suatu konser orkestra
"Malam ini, ada yang sedang jatuh cinta?"

Kepalaku refleks menggeleng
Kata "tidak" meluncur kemudian
Ah, pikir yang tak panjang
Mulut yang tak paham

Terlihat dari sudut mata
Kamu yang kemudian mengalihkan pandangan
Ikut tidak setuju
Sedetik lebih lama dari seharusnya

Sadar menelanku bulat-bulat
Berbulan-bulan setelahnya



Tidak pernah ada hal yang membuatmu selalu menjadi seorang amatiran setiap kali mengalaminya, kecuali ketika jatuh cinta.

Raja

Aku tidak bisa mendefinisikan hal tentangmu dengan kata-kata yang tersedia di bumi. Misalnya saja, betapa sempurnanya kamu, dan betapa aku merindu. Semuanya terasa tidak tepat atau kurang mewakili. Mungkin fenomena ini hanya bisa tersampaikan oleh bahasa-bahasa terhalus alam semesta. Dihantarkan udara yang kamu hirup, sampai ke telingamu lewat desir suara dari dimensi tak kasat mata, yang membawa tatapan mata kita hingga bertabrakan, tak cukup lama untuk membuat jengah, namun dapat menarik hilang sesaat oksigen dari alveolus. Seketika kamu menghantarku ke semesta lain, yang dengan suka rela aku jelajahi. Kamu raja asing dalam alam raya tak bertuan.

Lupa

Kenang yang berlalu-lalang
Sedang ramai mencari inang
Jangan di kepalaku!

Tolong carikan lupa.